Kamis, 29 November 2012
In:
pyscholput
Phobia
A.
Phobia
1.
Definisi Phobia
Kata “phobia”
sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan
panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak
zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang
luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk
akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang
ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya. (http://bchymera.blogspot.com/2010/03/fobia-dan-cara-mengatasinya.html
30 November 2012: 08.29)
Konsep takut dan cemas betautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan
agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah rasa
takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak
sebanding dengan ancamannya. (http://ypsychology.blogspot.com/2011/01/anxiety.html
30 November 2012 : 08.50)
Phobia
didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan yang mengganggu yang
diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional, dengan bahaya yang
dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai
sesuatu yang tidak berdasar. Beberapa pengertian phobia
menurut ahli Siti Meitchati ( 1983;22) : adalah ketakutan yang tidak
terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau kejadian tanpa diketahui
sebabnya. (dalam Makalah Psikologi
Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu
ketakutan yang kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu
perangsang atau situasi khusus, seperti auatu ketakutan yang abnormal terhadap
tempat tertentu. Sementara kartini kartono (1989:112) mendefinisikan phobia
sebagai ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional tidak bisa
dikontrol terhadap suatu situasi terhadap objek tertentu. Semua phobia adalah
ketajutan yang tak beralasan, yang bertalian dengan perasaan bersalah atau pun
malu, ditekan. Kemudian berubah takut pada suatu yang lain, dengan begitu
terpendamlah konflik atau frustasi yang dialaminya. Jadi
phobia adalah rasa takut yang berlebihan kepada suatu hal atau fenomena yang
membuat hidup seseorang yang menderitanya terhambat. (http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/gangguan-psikologis-phobia.html
25 November 2012: 19.30)
Beberapa pendapat ahli yang mendefinisikan fobia yaitu
Jaspers (1923) mendefinisikan fobia sebagai rasa takut yang sangat dnan tidak
dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas yang biasa. Ross (1937)
berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut yang khas yang disadari oleh
penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi tidak dapat
mengatasinya. Errera (1962) adalah rasa
takut yang selalu ada terhadap sesuatu benda atau pendapat yang dalam keadaan
biasa tidak menimbulkan rasa takut.
(http://www.tanyadokteranda.com/kesehatan/2007/08/takut-fobia
, 25 November 2012 19.39)
James Drever(1986:346) : Kengerian atau ketakutan yang
tidak terkendali yang pada umumnya disebabkan sifat abnormal terhadap situasi
dan objek tertentu.
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan, Ella dan Farah 2011)
2.
Jenis Phobia
Hal yang aneh
tentang fobia adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang
biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa. Orang dengan fobia mengalami
ketakutan untuk hal-hal yang amat biasa, seperti naik elevator atau naik mobil
di jalan raya. Dengan contoh ini, dapat diketahui bahwa fobia dapat mengganggu
bila berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari seperti naik kendaraan, berbelanja,
atau pergi keluar rumah. Berikut ini adalah tiga tipe fobia berdasarkan sistem DSM, yaitu fobia
spesifik, fobia sosial, dan agorafobia.
a) Fobia
Spesifik
Fobia
spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau
situasi spesifik, seperti:
·
Acrophobia:
takut terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan
bagi penderita fobia ini.
·
Claustrophobia:
takut terhadap tempat tertutup/terkunci sehingga orang dengan fobia jenis ini
sering berada di taman atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
·
Fobia
binatang: takut terhadap binatang tertentu seperti tikus, ular, atau
binatang-binatang menjijikkan. Anda bisa saja mempunyai ketakutan
terhadap hewan-hewan tersebut. Namun, bila ketakutan itu mengganggu kehidupan
sehari-hari atau menyebabkan distres emosional yang signifikan di dalam diri
Anda (bahkan ketika Anda hanya membayangkan hewan itu), maka barulah Anda
mengalami fobia.
·
Fobia
benda-benda tertentu: seperti jarum suntik (bukan sakitnya yang mereka takuti,
tetapi jarumnya), pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.
b) Fobia
Sosial
Fobia
sosial adalah ketakutan yang intens terhadap situasi sosial atau ramai sehingga
mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan
distres yang amat berkecamuk. Penderita fobia sosial mengalami ketakutan
terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta, pertemuan-pertemuan
sosial, bahkan presentasi untuk ujian. Fobia sosial yang mendasar adalah
ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain, dalam artian
mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin mereka merasa seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan
dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan. Contoh umum untuk fobia jenis
ini adalah:
·
Demam
panggung yang berlebihan
·
Kecemasan
berbicara di forum yang berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat
sekalipun.
·
Kecemasan
meminta sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan
atau teman menertawai makanan yang mereka pesan.
·
Ketakutan
bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak berkembang dalam
hal sosial.
Fobia jenis
ini menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya, seperti kualitas untuk
mencapai sasaran pendidikan , maju dalam karier, atau bertahan dalam pekerjaan
yang membutuhkan interaksi dengan orang lain secara langsung. Sekali
fobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang hidup.
c) Agrofobia
Agorafobia secara harfiah diartikan sebagai
“takut kepada pasar”, yang sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat
terbuka dan ramai (berbeda dengan fobia sosial, agorafobia tidak “mati sosial”
bila berinteraksi dengan orang-orang di tempat yang sepi). Agorafobia
melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau situasi-situasi yang memberi
kesulitan bagi mereka untuk meminta bantuan ketika ada suatu problem yang
menimpa mereka atau orang lain. Orang-orang dengan agorafobia takut untuk pergi
berbelanja di toko-toko yang penih sesak, bersempit-sempitan di bus, dan
lain-lain yang kira-kira membuat mereka sulit meminta pertolongan. (http://www.adipedia.com/2011/05/macam-macam-jenis-takut-fobia.html
30 November 2012: 10:24)
3.
Teori Phobia
Beberapa teori yang memberikan
kontribusi tentang adanya phobia
1) Teori Psikoanalisis
Freud adalah orang
pertama yang mencoba menjelaskan secara sistematis perkembangan perilaku fobia.
Menurut Freud, fobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan yang disebabkan
oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang
ditakuti dan berpindah ke suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi
simbolik dengannya. Fobia adalah cara ego untuk menghindari konfrontasi dengan
masalah sebenarnya, yaitu konflik masa kecil yang ditekan.
2)
Teori
Behaviorial
Teori ini berfokus pada
pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Salah satu pembelajarannya
adalahAvoidence Conditioning :
penjelasan utama behavioral tentang fobia adalah reaksi semacam itu merupakan
respons avoidence yang dipelajari. Formulasi avoidence conditioning dilandasi
oleh teori dua faktor yang diajukan oleh Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa
fobia berkembang dari dua rangkaian pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
a.
Melalui classikal conditioning
seseorang dapat belajar untuk takut pada sesuatu stimulus netral (CS) jika
stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinsik menyakitkan
atau menakutkan (UCS).
b.
Seseorang dapat belajar
mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengn melarikan diri atau
menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant conditioning; respon dipertahankan oleh konsekuensi
mengurang ketakutan yang menguatkan.
(https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Fobia+Social
30 November 2012: 10:30)
3)
Teori Kognitif
Teori ini berfokus pada
bagaimana proses berfikir manusia dapat berperan sebagai diathesis dan pada
bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Kecemasan dikaitkan dengan
kemungkinan yang lebih besar untuk menanggapi stimuli negatif, menginterpretasi
informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang mengancam, dan mempercayai
bahwa kejadian negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadi di masa
mendatang (Heinrichs & Hoffman, 2000; Turk dkk., 2001).
Teori kognitif mengenai fobia
juga relevan untuk berbagai fitur lain dalam gangguan ini rasa takut yang
menetap dan fakta bahwa ketakutan tersebut sesungguhnya tampak irasional bagi
mereka yang mengalaminya. Fenomena ini dapat terjadi karena rasa takut terjadi
melalui proses-proses otomatis yang terjadi pada awal kehidupan dan tidak
disadari. Setelah proses awal tersebut, stimulus dihindari sehingga tidak
diproses cukup lengkap dan yang dapat menghilangkan rasa takut tersebut (Amir.
Foa, & Coles, 1998). (https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Fobia+Social
30 November 2012: 10:30)
4.
Gejala
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada
pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
a) Jantung berdebar kencang
b) Kesulitan mengatur napas
c) Dada terasa sakit
d) Wajah memerah dan berkeringat
e) Merasa sakit
f)
Gemetar
g) Pusing
h) Mulut terasa kering
i)
Merasa
perlu pergi ke toilet
j)
Merasa
lemas dan akhirnya pingsan
5.
Penyebab
Phobia dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang
disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam
alam bawah sadar. Peristiwa
traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya
phobia.
Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan
sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di
dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological
preparedness mengatakan
ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap
nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan
tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada
beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam
dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita
sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah
evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety
neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam
keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja
yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati),
dll.
Menurut kartini kartono phobia dapat disebabkan oleh:
a)
Pernah mengalami ketakutan yang hebat
b)
Pengalaman asli ini dibarengi rasa malu dan rasa
bersalah kemudian semua ditekan untuk melupakan kejadian-kejadian tersebut.
c)
Jika mengalami stimulus yang sama akan timbul respon yang
bersyarat kembali, sungguhpun peristiwa pengalaman yang asli sudah dilupakan.
Respon-respon ketakutan hebat selalu timbul kembali sungguhpun ada usaha-usaha
untuk menekan dan melenyepkan respon tersebut.
(http://fast-blogger.blogspot.com/2012/02/gangguan-psikologis-phobia.html 25 November 2012: 19.30)
Secara
spesifik, rasa takut dapat disebabkan antara lain:
a. pengaruh
filogenetik
b. pengaruh
keturunan
c. kepribadian
d. pengaruh
budaya dan daerah
e. pengaruh
faal (fungsi) tubuh
f.
faktor biokimia
g. trauma
dan tekanan
h. teladan
orang lain
i.
dll
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar